Bendera Tiongkok | Gambar:Pexels
Tiongkok menyambut para CEO: Tiongkok baru-baru ini memberikan sambutan meriah kepada para eksekutif asing dalam upaya membalikkan penurunan investasi korporasi, namun banyak CEO yang akan mengundurkan diri masih tetap waspada, dengan alasan masih adanya keraguan mengenai iklim investasi di negara tersebut. Meskipun terdapat peristiwa-peristiwa penting selama seminggu, termasuk janji perlakuan yang sama bagi perusahaan-perusahaan asing dan jaminan untuk mencapai target pertumbuhan, para eksekutif menyatakan hati-hati. Mereka menyoroti terus menurunnya investasi asing langsung (FDI), yang turun sebesar 8% pada tahun lalu saja, yang mencerminkan kekhawatiran yang lebih luas terhadap perkembangan perekonomian Tiongkok.
Para eksekutif menyebutkan berbagai faktor yang melemahkan daya tarik Tiongkok: ketidakpastian atas pemulihan ekonominya, meningkatnya tantangan peraturan, dan inisiatif yang didukung negara yang menguntungkan negara-negara maju dalam negeri. Selain itu, ketegangan hubungan dengan AS menambah kompleksitas lanskap investasi.
Para kritikus mencatat perbedaan perlakuan antara perusahaan asing dan perusahaan afiliasi negara, sehingga berkontribusi terhadap distorsi pasar dan masalah kelebihan kapasitas. Meskipun Tiongkok telah memperkenalkan langkah-langkah untuk memulihkan kepercayaan investor, masih ada keraguan mengenai keefektifannya, terutama di kalangan perusahaan-perusahaan Eropa yang menghadapi hambatan akses pasar. Terlepas dari tantangan-tantangan ini, daya tarik Tiongkok tetap ada, dibuktikan dengan kuatnya kehadiran perusahaan multinasional di forum-forum baru-baru ini. Namun, masih ada pertanyaan mengenai komitmen pemerintah untuk mengatasi kekhawatiran investor, karena pertemuan selektif menimbulkan keraguan mengenai strategi keterlibatan Tiongkok.
Meskipun sebagian pihak memandang positif upaya Tiongkok, sebagian lainnya tetap optimistis, karena mengakui ketidakstabilan lanskap investasi di tengah perubahan global.
Intinya, meskipun daya tarik Tiongkok mungkin telah menarik perhatian, skeptisisme tetap ada di kalangan para CEO, yang menandakan tantangan ke depan untuk menghidupkan kembali investasi perusahaan di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia.
Dengan Masukan Reuters